Hikayat Raja-Raja Gorontalo


Di bawah ini adalah hikayat keturunan seorang raja yang mungkin generasi sekarang belum atau tidak mengetahui siapa beliau sebenarnya. Sang Raja tersebut adalah Raja Humalanggi dari Kerajaan Hulontalangi (hidup sekitar tahun 1300-1385). Sebagaimana diketahui menurut sejarah Gorontalo, pada mulanya Kerajaan Gorontalo terdapat 17 Kerajaan kecil-kecil yang berkedudukan di kaki/lereng gunung. diantara raja-raja tersebut terdapat perempuan atau yang dikenal dengan Ratu, menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu, suku bangsa Gorontalo sudah mendudukkan perempuan sama hak dan derajatnya dengan laki-laki.

Ke-17 Kerajaan tersebut antara lain sebagai berikut :
1.     Kerajaan Hunginaa, Rajanya: Lihawa
2.     Kerajaan Lupoyo, Rajanya: Pai
3.     Kerajaan Bilinggata, Rajanya: Lou
4.     Kerajaan Wuwabu, Rajanya: Wahumolongo
5.     Kerajaan Biawu, Rajanya: Wolango Huladu
6.     Kerajaan Padengo, Rajanya: Palanggo
7.     Kerajaan Huwangobotu Olowala, Rajanya: Dawanggi
8.     Kerajaan Tapa, Rajanya: Deyilohiyo Daa
9.     Kerajaan Lauwonu, Rajanya: Bongohulawa (Perempuan)
10.  Kerajaan Toto, Rajanya: Tilopalani (Perempuan)
11.  Kerajaan Dumati, Rajanya: Buata
12.  Kerajaan Ilotidea, Rajanya: Tamau
13.  Kerajaan Pantungo, Rajanya: Ngobuto
14.  Kerajaan Panggulo, Rajanya: Hungiyelo
15.  Kerajaan Huangobotu Oloyihi, Rajanya: Lealini
16.  Kerajaan Tamboo, Rajanya: Dayilombuto (Perempuan)
17.  Kerajaan Hulontalangi, Rajanya: Humalanggi
Raja Humalanggi dari Hulontalangi adalah seorang Raja yang senang mengunjungi raja-raja sejawatnya yang dalam bahasa Gorontalo disebut “melentalenga” . Dia senantiasa senang mengadakan hubungan serta pembicaraan dengan teman-temannya, menganjurkan untuk hidup rukun dan damai serta menghindarkan pertentangan dan perselisihan yang akan mengundang perang antar sesama mereka.
Raja Humalanggi kawin dengan Putri Bulaidaa adik Raja Mooduto (Raja Suwawa ke XIX (1320-1427). Dari hasil perkawinan mereka lahirlah seorang Pangeran yang bernama Ilahudu atau Wadipalapa atau Matolodula Daa, yang memiliki sifat-sifat serta tabiat seperti ayahnya (Raja Humalanggi). Dia sering mengunjungi Raja-Raja lain dengan maksud mengajak raja-raja tersebut kepada suatu kesatuan kerajaan. Akhirnya pada suatu tempat yang bernama “Padengo Boidu” (ladang tempat bicara) disepakati membentuk kerajaan kesatuan yang disebut Kerajaan Gorontalo (Tahun 1385) yang terdiri dari 17 kerajaan kecil tersebut diatas. Kemudian dua Kerajaan kecil menggabung yaitu Dembe dan Pohuwayama. Dalam musyawarah tersebut Ilahudu (Wadipalapa) disepakati untuk dilantik menjadi Raja Kesatuan Kerajaan Gorontalo (Tahun 1385). Pelantikan itu disebut dengan ”Huidu Lo Huntu Datahu” maksudnya yaitu Ilahudu dari Kerajaan Hulontalangi, karena kepemimpinannya yang baik dipilih menjadi Raja Gorontalo.
Pada musyawarah tersebut kedudukan Kerajaan-kerajaan kecil tersebut dibagi dalam tiga golongan yaitu Golongan Dile (suami istri), Golongan TiloTiyamo (Ibu Bapak) dan Golongan Tiyombu (Kakek nenek). Golongan pertama yaitu Dile merupakan Kerajaan yang lebih besar serta berpenduduk lebih banyak dari yang lain, sama haknya dengan Raja Kesatuan dan berhak untuk menjadi Raja Kesatuan (Perjanjian Ito Limo Lota, yaitu Wuwabu, Bilinggata, Hunginaa, Lupoyo, dan Hulontalangi). Golongan kedua yaitu Tilo Tiyamo terdiri dari Kerajaan Biawu, Padengo, Huangobotu Olowala, Lauwonu, Dumati dan Ilotidea, tugasnya berfungsi sebagai badan konstituante yaitu membuat dasar-dasar serta aturan Pemerintahan. Golongan ketiga yaitu Tiyombu terdiri dari Kerajaan Toto, Tapa, Pantungo, Huwangobotu Oloyihi, Tamboo, dan Panggulo, bertugas menjalankan keputusan dan menjaga pelaksanaan adat-istiadat.
Rupanya karena Raja Humalanggi ini pada dasarnya hobinya suka “melentalenga” maka sesuai catatan sejarah buku tua lo Hulontalo, beliau juga mempersunting Ratu Nggeialo (Raja Limboto) anak dari Ratu Tolangohula, Raja pertama Kerajaan Limboto (Ratu Tolangohula naik tahta pada tahun 1330 pada saat Kerajaan Limboto terbentuk. Ratu Tolangohula kawin dengan Yilumoto putera dari Pembono Bulodo II dengan Puteri Mbuibungale. Pembono Bulodo II Putera dari Raja Bolmong Buluati dengan Puteri Buluwinadi, cucu Datu Tonga Raja Suwawa ke XIII. Mbuibungale adalah anak dari Libuwe , sedangkan Libuwe adalah cucu dari Raja Suwawa III Mokotambibulawa (662-750).
Dari perkawinan antara Raja Humalanggi dengan Ratu Nggeialo lahir Raja Limboto, Tobuto. Tobuto kawin dengan anak Raja Luwadu yang bernama puteri Bunggu melahirkan Raja Limboto bernama Tapu dan puteri Miytu. Raja Tapu kawin dengan puteri Duluo dari Kerajaan Bolango dan melahirkan anak antara lain: Raja Bolango Puluhulawa, Raja Puteri Moliye dan Pangeran Moyito. Puteri Miytu kawin dengan Raja Uloli dan mempunyai anak 4 yaitu Pangeran Wolango, Puteri Sihedi (ntihedu), puteri Bulai dan Pangeran Tomelo.
Adapun Raja Bolango Puluhulawa kawin dengan raja Puteri Maydani dan mendapat anak Puteri Welemoyo yang kemudian kawin dengan Kadhi Pongoliwu dan melahirkan anak Raja Bulango Habibullah. Habibullah sendiri kawin dengan Puteri Taluke (cucu kemenakan Raja Pakaya) dan mendapat anak Marsaole Saffii. Puteri Moliye kawin dengan Pangeran Wolango melahirkan Raja Polamolo yang dinobatkan menjadi Raja Gorontalo sekaligus Raja Limboto waktu itu. Pangeran Moyito kawin dengan puteri Pinuda (Tanagi), Raja Bulango dan mendapat anak yaitu: Raja Bulango Datau, Puteri Potonuo, Raja Limboto Pilohibuta, Puteri Boyiodili dan Puteri Damopinda. Raja Datau kawin dengan Puteri Nggomi dan mendapat anak Raja Biya (Limboto), Puteri Deluli dan Puteri Halija (Halau). sewaktu masih kecil Biya dikirim ke Limboto oleh Raja Datau dan kemudian menjadi Raja Limboto.
Dengan demikian Raja HUMALANGGI telah memberikan keturunan pemimpin-pemimpin yang menduduki tahta raja-raja pada Kerajaan-Kerajaan Limo Lo Pohalaa bahkan sampai ke Bolang Uki, Atinggola, dan sekitar Tomini. Maka patutlah beliau mendapat gelar “TI BAPU DAA LO HULONDHALO”.


Sumber : hulondhalo.com

PHOTO GALERRY

VIDEO